Selasa, 05 Oktober 2010

sistem politik dan kekuasaan Mesopotamia dan BAbylonia

Oleh : elin Liani
Selasa, 5 oktober 2010

SISTEM POLITIK DAN KEKUASAAN MESOPOTAMIA-BABYLONIA
Studi Kasus : Kekuasaan dan pemerintahan Raja Hammurabi di Babylonia


2.1 Gambaran Umum mengenai peradaban Mesopotamia dan Babylonia
2.1.1 Peradaban Mesopotamia
Mesopotamia adalah daerah yang berada di antara sungai Eufrat dan sungai Tigris. kata mesopotamia berasal dari kata yunani yakni mesos artinnya tengah dan potamos artinya sungai. Wilayah Mesopotamia sebenarnya merupakan daerah yang tandus, dimana hampir tidak pernah ada hujan, dan seperti peradaban di Mesir, penghidupan penduduk Mesopotamia hanya tergantung dari Air sungai, yakni sungai Eufrat dan Tigris. Namun Mesopotamia berbeda dengan Mesir yang wilayahnya terasing, Mesopotamia berada di daerah yang terbuka dan strategis, sehingga dari jaman purba, wilayah ini selalu didatangi oleh bermacam-macam suku bangsa dari segala penjuru, dan penduduk disana pun menjalin hubungan baik dengan para pendatang dari berbagai negeri-negeri sekitarnya. Dengan demikian, tidak dapat dipungkiri bahwa daerah ini berkali-kali diserbu dan ditaklukan oleh bangsa lain, sehingga daerah ini berkali-kali pula berganti tuan (diktat Ahmad Iriyadi,2008:31).
Sepanjang pengetahuan sejarah, bangsa yang pertama datang di mesopotamia asalanya dari daerah Susa, mereka menduduki lembah hilir sungai-sungai Eufrat dan Tigris. Mereka ini kemudian terkenal sebagai bangsa Sumeria, sehingga daerah yang didudukinya dinamakan Sumeria. Sebenarnya, bangsa Sumeria ini telah memiliki kebudayaan yang tinggi sebelum tahun 4000 SM, mereka telah dapat membuata bahan pakaina lenan yang tidak kalah halusnya dari bahan pakaian zaman sekarang, mereka telah dapat membuata cermin dari tembaga yang dipulas halus. Dan yang paling menarik adalah barang-barang tembikar yang mereka buat dari tanah liat yang sangat halus yang dihiasi gambar-gambar.
Kebudayaan yang tinggi itu mereka bawa ke Sumeria dan dikembangkan lagi di sana, sehingga bangsa Sumeria ini disebut sebagai Periode Dinasti Awal yang terbagi ke dalam tiga bagian, mulai dari 2900 sampai pertengahan abad ke-24 SM. Di Sumeria mereka mendirikan kerajaan kecil-kecil yang berpusat pada kota-kota seperti yang di Urk, Ur, Larsa dan Lagasy. Selama itu terjadi pertumbuhan penduduk Semit (keturunan Sem) yang menduduki daerah-daerah itu. Orang-orang Sumer memiliki prestasi dalam budaya, termasuk penemuan cara menulis, kesusastraan, pendidikan, hukum dan kedokteran. Dalam periode ini terjadi perkembangan dalam urbanisasi, jabatan raja, dan gagasan-gagasan keagamaan.
Agama bangsa sumeria adalah Polytheis, mereka memuja banyak dewa-dewa berdasar atas penghidupannya sebagai petani. Dewa-dewa yang terkemuka adalah An, dewa langit, Enlil, dewa angin, Enkil, dewa tanah dan Air. Karena perbedaan geografis antara di Susa dan di Mesopotamia, maka dewa-dewa yang tadinya ditempatakan di atas gunung atau bukit-bukit, sekarang ditempatkan di dalam kuil-kuil yang didirikan diatas gundukan-gundukan yang dibuat dari batu dan tanah, dan berabad-abad kemudian kuil-kuil ini kemudian disebut Ziggurat yang merupakan tempat pemujaan.
Seperti yang telah dijelaskan diatas, bahwa bangsa Sumeria telah memiliki kebudayaan yang tinggi sehingga, sistem pengetahunnya sudah tinggi pula, yakni mereka telah mengetahui cara menulis dan membilang. Tulisan paku atau Cuneifrorm wraiting (hurup paku), merupakan jenis hurup yang digunakan oleh bangsa Sumeria yang huruf ini merupakan cikal bakal hurup Funisia, Arab dan Ibrani. Mereka telah tahu sistem Sexagesimal, sistem desimal. Selain masalah hitung menghitung angka, bangsa Sumeria pun telah mengetahui tentang penanggalan, mereka telah tahu tentang tahun syamsiah dan kabisat, pembagian waktu dalam jam, menit, detik dan membagi lingkaran dalam 360 derajat.
Mata pencaharian bangsa Sumeria adalah pertanian yang berpusata pada lembah sungai Eufrat dan Tigris, namun hubungan perdagangan baik dalam negeri atau diluar bangsanya pun sering dilakukan, bangsa Sumeria memiliki benda-benda yang terbuat dari batu logam. Bangsa Sumeria mengembangkan pemerintahan yang berpusat di kota Ur dekat muara sungai Eufrat. Raja berkuasa atas pemerintahan dan bertanggung jawab terhadap seluruh kehidupan masyarakat, seperti kehidupan ekonomi, keamanan, hukum, peradilan dan agama.
Banyaknya kerajaan-kerajaan kecil serta kedatangan bangsa-bangsa asing, menyebabkan timbulnya peperangan dan perebutan daerah kekuasaan di Semeria, seperti serbuan dari bangsa akkadia yang dipimpin raja Sargon menaklukkan Sumeria pada tahun 2350 SM selang selama kira- kira 400 tahun bangsa Akkadia ditaklulkkan oleh bangsa Amorit kekuasaan memusat ke Babilon, Babilonia menjadai sebutan yang umum bagi Mesopotamia di karanakan pemerintahannya yang memusat di Babilon sehingga timbulah peradaban Babylonia.


Wilayah Mesopotamia










Ziggurat dan Tulisan paku


2.1.2 Peradaban Babylonia
Bangsa Akkad termasuk rumpun bangsa Semit yang berasal dari daerah padang pasir. Mereka bergerak dari daerah yang terletak di sebelah utara daerah Mesopotamia. Di bawah pimpinan Sargon, pasukan bangsa Akkad semakin bertambah kuat dan melakukan serangan serta berhasil menduduki daerah Mesopotamia dengan mengalahkan Kerajaan Sumeria.
Dengan kemenangan tersebut bangsa Akkad tidak lagi menjadi bangsa pengembara. Mereka mulai hidup menetap di daerah Mesopotamia. Walaupun bangsa Akkad berhasil memenangkan perang tersebut, tetapi mereka mengambil dan meniru kebudayaan bangsa Sumeria. Bahkan mereka berintegrasi dengan penduduk yang ditaklukkannya. Bangsa Akkad memuja banyak dewa, dan juga memiliki cerita-cerita dongeng tentang kepahlawanan, seperti cerita tentang Adopa, Etana, dan Gilgamesh.
Ketika kekuasaan Mesopotamia ditaklukan oleh Sargon, maka Akkad dan Sumeria bersatu menjadi negara babylonia dengan ibu kota di Babylonia, sehingga mesopotamia merupakan bagian dari kerajaan Babylonia. Bangsa Amorit ini melakukan perubahan yang besar di Mesopotaia dinataranya dewa yang dipercaya di Mesopotamia berubah yang dahulunya dewa Enlil yang paling berkuasa beruban menjadi dewa Marduk dewa dari bangsa Amrorit bahkan dewa ini depercaya oleh bangsa lain seperti bangsa Kassit sampai bangsa persia.
Babylon, merupakan ibukota dari babylonia, imperium kuno Mesopotamia merupakan sebuah kota yang terletak di dekat sungai Euphrates yang sekarang dikenal sebagai Irak selatan.
Berdasarkan sejarah, dinasti pertama dari Babylon didirikan oleh Hammurabi pada masa Neo-Babylonian setelah kehancuran imperium Assyrian. Babylon menjadi salah satu kota terpenting pada zaman Timur Tengah kuno ketika Hammurabi (1792-1750 BC) menjadikannya ibukota kerajaan Babylonia.
Literature bangsa babylonia dibangun dengan sangat bagus dan rekaman cuneiform yang berhasil ditemukan menunjukkan agama, sejarah dan ilmu pengetahuan sangat berkembang. Obat-obatan, kimia, alchemy, botany, matematika dan astronomi juga dipraktekkan. Agama dan tulisan kuno yang berbentuk cuneiform ini berasal dari kebudayaan Sumer yang lebih tua. Mereka juga mengembangkan bentuk abstrak dari tulisan berdasarkan symbol cuneiform (berbentuk baji). Tulisan ini ditulis di tanah lempung yang basah dan dibakar dibawah terik matahari.
“Dongeng tentang penciptaan” bangsa babylonia ditulis dalam tujuh lembaran tanah liat dan ditampilkan serta dibacakan pada festival tahun baru di Babylon. Lembaran-lembaran ini mengisahkan tentang kesuksesan Tuhan Kota Babylon, Marduk dan bagaimana Marduk bisa menjadi tuhan tertinggi, raja semua tuhan yang ada di surga dan bumi.
Bangsa Babylonia mempunyai system angka yang lebih maju dari yang kita miliki sekarang, dengan system posisi dengan dasarnya 60. Mereka juga membuat tabel untuk membantu dalam proses perhitungan. Mereka membagi hari sama seperti yang sekarang kita lakukan, 24 jam dengan 60 menit untuk setiap jam dan setiap menit 60 detik. Adat kebiasaan bangsa Babylonia ini ikut mempengaruhi bangsa Assyria dan turut memberikan kontribusi terhadap sejarah Timur Tengah dan Eropa Barat dikemudian hari.
Babylonia mengalami kemerosotan dan jatuh kedalam anarki sekitar 1180 BC, tetapi kemudian tumbuh berkembang kembali sebagai Negara bagian dari imperium Assyria setelah abad ke 9 BC. Babylon akhirnya dihancurkan pada 689 BC oleh bangsa Assyria dibawah kepemimpinan SennaCherib, tetapi kembali dibangun lagi. Nabopolassar mendirikan apa yang sekarang dikenal sebagai Chaldean atau Imperium baru Babylonia pada 625 BC, dan akhirnya mencapai masa keemasannya dibawah pemerintahan anaknya Nebuchadnezzar (604-562 BC). Kejayaan serta kemegahan Babylon menjadi terkenal dan melegenda sejak naik tahtanya Nebuchadnezzar, yang dipercayai sebagai pendiri Taman Bergantung Babylonia.

Taman Agntung Babylonia

2.2 Sistem politik dan kekuasaan Mesopotamia-Babylonia
2.2.1 Konsep Politik dan Kekuasaan Mesopotamia dan Babylonia
Sebelum kita memasuki pada pembahasan sistem politik dan Kekuasaan Mesopotamia dan babylonia, sebaiknya kita membahas terlebih dahulu konsep atau ideologi apa yang dipakai atau yang digunakan oleh bangsa Mesopotamia dan Babylonia ketika mereka membangun sebuah bangsa yang pada akhirnya dapat menghasilkan sebuah peradaban yang tinggi. Kita telah mengetahui bagaimana kehidupan serta kebudayaan Mesopotamia dan Babylonia yang begitu hebat tersebut terjadi berjuta tahun ynag lalu, sehingga mind set kita pun harus tertuju pada masa itu, dan jangan menyamakan masa itu dengan masa sekarang.
Menurut Alfian, seorang ilmuwan politik di Indonesia, ideology adalah pandangan atau system nilai yang menyeluruh dan mendalam yang dipunyai dan dipegang oleh suatu masyarakat tentang bagaimana cara yang sebaiknya yaitu secara moral dianggap benar dan adil, mengatur tingkah laku mereka bersama dalam berbagai segi kehidupan duniawi mereka (Pemikiran dan Perubahan Politik Indonesia, Gramedia, 1981).
Begitu pun yang terjadi pada bangsa Mesopotamia dan Babylonia, pada awal peradaban manusia di Mesopotamia dan Babylonia, tanpa mereka sadari, mereka menganut ideology atau konsep politik dan Kekuasaan yang anarkhisme/Totalitarianisme. (totalitarianisme yaitu menggunakan kekuatan militer untuk mempertahankan kekuasaan). Kerajaan-kerajaan di Mesopotamia seperti Sumeria, Babylonia, Assyria, dan Persia menganggap kekuasaan dapat direbut dan dipertahankan dengan cara kekerasan dan siapa pun yang berhasil merebut suatu kekuasaan maka dialah yang menguasai wilayah rebutannya itu, sehingga pada masa itu perebutan kekuasaan merupakan suatu hal yang wajar, ketika seorang raja memiliki bala tentara yang hebat serta keberanian yang kuat untuk merebut suatu wilayah kekuasaan yang baru, walaupun itu harus dilakukan dengan cara kekerasan.
Mempertahankan kekuasaan yang telah dimiliki pun perlu pengorbanan yang besar pula, selain kita telah berhasil merebut dan memperluas kekuasaan, mempertahankan kekuasaan yang telah ada perlu strategi dan pertahanan yang kuat pula, sehingga adakalanya untuk mempertahankan atau melanggengkan kekuasaan, bangsa Mesopotamia dan babylonia melakukan cara-cara kekerasan, seperti mengatur rakayatnya agar tunduk dan tidak berani melawan dan memberontak kepada raja ataupun penguasa yang ada.
Konsep politik dan kekuasaan ini, beberapa abad kemudian dituangkan Machiavelli dalam bukunya Il Principe. Di samping anarkhisme, ideology lain juga berkembang pada masa itu yaitu Feodalisme dan Theologisme. Namun Feodalisme lebih berkembang di peradaban Cina di mana kaisar membagi tanahnya dan tentaranya pada tuan-tuan tanah, jenderal-jenderal, bangsawan-bangsawan atau keluarganya untuk memperoleh kesetiaannya dan menjaga kekuasaan dinastinya. Sedangkan Teologisme berkembang di Palestina pada bangsa Israel yang mempercayai pemerintahan Tuhan atas mereka.
Ideology anarkhisme dan teologisme runtuh sejak munculnya ajaran filsuf-filsuf Yunani seperti Aristoteles. Aristoteles mengajarkan ideology baru yaitu perpaduan antara feodalisme, Nasionalisme dan Demokrasi. Perpaduan antara ideology feodalisme, nasionalisme dan demokrasi menghasilkan suatu teori kenegaraan yang disebut teori Imperium Universal.



2.2.2 Implementasi dari Sistem politik dan Kekuasaan bangsa Mesopotamia dan Babylonia
Seperti yang telah dijelaskan diatas pada pembahasan kebudayaan Mesopotamia dan Babylonia secara umum, kita dapat mengetahui bahwa bangsa Mesopotamia di Sumeria direbut dan dikuasai oleh bangsa Akkadia, kemudia bangsa Akkadia ditaklulkkan oleh bangsa Amorit kekuasaan pun memusat di Babylon, Babylonia pun berubah-ubah kekuasaanya dari Babylonia Lama, Babylonia baru dan Babylonia pun dihancurkan oleh bangsa Persia dan akhirnnya Persia pun dikuasai oleh Iskandar Zulkarnaen. Siklus kekuasaan serta pergantian-pergantian penguasa tersebut memang menunjukan adanya sistem politik dan kekuasaan yang anarkhisme/Totalitarianisme.
• Bangsa Sumeria (2.500 SM)
Bangsa Sumeria mengembangkan pemerintahan yang berpusat di kota Ur dekat muara sungai Eufrat. Para penguasa memiliki kekuasaan yang sangat besar. Selain sebagai kepala pemerintahan, Raja juga sebagai kepala agama sehingga raja disebut Patesi (Pendeta Raja). Raja bertanggungjawab terhadap kehidupan masyarakat baik lahir maupun batin. Raja harus mampu mengatur kehidupan ekonomi, keamanan atau ketentraman, hukum dan peradilan serta kehidupan keagamaan. Salah seorang patesi bernama Ur Nanshe. Ia adalah Raja yang membangun kota Lagash sekitar tahun 2500 SM. Tindakan Ur Nanshe diikuti oleh Patesi (Raja) Gudea yang memerintah kira-kira tahun 2400 SM. Dialah yang menjadikan kota Lagash jadi kota yang paling berarti di Sumeria.

Patung Raja Gudea.









Periode Sumeria tercatat sebagai masa Perang antar negara kota (Warring City States) yg tdk berkesudahan utk mempertahankan atau memperluas wilayah, diantaranya: Uruk dgn penguasanya yg terkenal Lugalbanda & Gilgamesh, Kish (Mebaragesi, Mesilim), Lagash (Urnanshe, Eanantum, Urukagina), Ur (Messanepada, Anepada), Umma (Lugalzagessi), Eridu, Nippur, Isin, Larsa. Nama raja2 didapat dari “Sumerian King List” yg ditulis di lempengan tanah liat, salah satunya dari prasasti raja Mebaragesi dari kota Kish. Setiap negara-kota berebut hegemoni utk mengusai seluruh Sumeria bahkan sejauh Ebla, Mari & Susa. Setiap negara-kota memiliki dewa/i nya masing2 (Polytheism), seperti dewa matahari Shamas yg disembah warga Ur, dewi bumi, perang & cinta Innana oleh Uruk, dewa udara Enlil, dewa tumbuhan Ninurta, dll. Para dewa merupakan personifikasi kekuatan alam. Merupakan praktek agama resmi yg diterapkan dalam suatu kumunitas. Seringkali dewa yg sama berubah nama mengikuti bermacam bahasa yg digunakan oleh bangsa2 yg masuk Meso, seperti Dewi Innana Uruk mirip dgn dewi Ishtar yg disembah oleh warga Babylon, Isis oleh Mesir, Aphrodite oleh Yunani & Venus oleh Romawi. Negara-kota tsb diperintah oleh imam (Pathesi) yg merupakan wakil para dewa ( Sistim Theocratic). Beda dengan Mesir yang diperintah oleh penguasa tunggal: Firaun yang dianggap titisan dewa dan penduduknya menyembah dewa/dewi yang sama (unified gods)
Orang-orang Sumer dikalahkan oleh Sargon I, yang mendirikan Dinasti Semit Akad sekitar tahun 2340 SM. Inilah kekaisaran yang pertama dalam sejarah. Ia memerintah seluruh daerah Mesopotamia selatan dan bergerak ke timur ke Elam dan ke barat laut ke Laut Tengah dalam ekspedisi-ekspedisi yang bersifat militer dan ekonomi. Kekaisaran ini berlangsung hampir 150 tahun sebelum digulingkan oleh orang-orang Gut (kaum barbar dari pegunungan Zagros di sebelah timur Tigris).
Sedikit diketahui tentang abad berikut kecuali bahwa dua puluh raja Gut memerintah berturut-turut. kota Ur menguasai daerah Mesopotamia selatan di bawah pimpinan raja wangsa Sumer dalam apa yang disebut sebagai periode Ur III. Sukar dipastikan batas teritorial para raja Ur III yang tak seluas wilayah dinasti Akkad. Di bawah pemerintahan Shulgi, putra Ur-Nammu, Kemunduran dan keruntuhan terjadi melalui penyusupan orang Amori dan agresi orang Elim di bagian timur, dan akhirnya menggulingkan kota Ur.


• Akkadia (± 2300 SM)
Memasuki tahun 2800 SM, Mesopotamia dikuasai oleh bangsa Akkadia, setelah berhasil mengalahkan bangsa Sumeria. Pemimpin bangsa Akkadia adalah raja Sargon yang dapat Anda lihat gambar patung di bawah ini.




Patung Raja Akkadia





Mereka memilih Agade sebagai ibukotanya. Dari segi kebudayaan bangsa Akkadia meniru kebudayaan bangsa Sumeria yang sudah maju sehingga berkembanglah budaya baru yang disebut budaya Sumer Akkad berbahasa semit.
Periode Akkadia muncul ketika penduduk Akkad yg terletak di Utara Meso muncul sebagai kekuatan dominan. Dibawah SARGON (2334 – 2279 SM) yang sebelumnya adalah pelayan istana raja Urzababa kota Kish, seluruh warring city-states Sumeria berhasil disatukan dibawah kekuasaannya. Melalui sistim pemerintahan yang rapi dan mesin perang yang efektif, konsep Empire (x kingdom) pertama kali muncul dalam sejarah. Sargon tercatat sebagai raja pertama dalam arti yangg sebenarnya dengan kekuasaan berujud wilayah. Beda dengan ETANA (2800 SM) dari kota KISH meski tercatat sebagai penguasa paling permulaan, wilayah kekuasaanya hanya terbatas di kota Kish dan sekitarnya. Dibawah Sargon sistem pemerintahan theocratic tetap dipertahankan tapi para imam dari berbagai kota tunduk padanya. Seni Akkadia beda dengan Sumeria. Sumeria bersifat lebih religious (religious art yang pertama kali muncul dan kemudian diteruskan oleh bangsa-bangsa di Eropa & Timur Jauh). Segala sesuatunya ditujukan untuk glorification para dewa. Tapi dibawah Sargon , lebih bersifat sekuler dan kultus individu. Karena raja yg berkuasa berambisi untuk memperluas wilayah kekuasaannya. Pada masa pemerintahannya, imam perempuan untuk pertama kali diijinkan memimpin upacara keagamaan. Adalah ENHEDUANA, putri kesayangan Sargon yg mahir menulis puisi, berpolitik dan menjalankan administrasi negara. Catatan yg dibuatnya menyimpan kisah paling lengkap tentang Akkadian empire. Didalam salah satu cylinder seal, Enheduana terlihat sedang memimpin upacara keagamaan. Sargonid empire mencapai puncaknya pada masa pemerintahan NARAM-SIN, cucunya (2280 – 2244 SM). Kota Susa milik bangsa Elam yang merupakan trade center paling maju berhasil ditaklukan. Tapi kebesaran Sumero-Akkadia empire kolaps, ketika Shar Kali Shari (2217 – 2193) penerus Naram Sin tidak dapat menahan serangan bangsa Guti dari Utara (pegunungan Zagros) yangg sejak semula berambisi untuk menguasai Sumeria. Menurut hipotesa lain, kejatuhan Sumero-Akkadia disebabkan oleh kemarau panjang yg membuat penduduk di berbagai wilayah kekuasaannya memberontak. Karakteristik Mesopotamia kembali ke bentuk semula, warring city-states.
• Invasi Guti (2125 SM)
Bangsa Guti berasal dari pegunungan Zagros yg terletak di utara Meso. Bangsa lain dari pegunungan Zagros yg juga menginvasi Meso adalah bangsa KASSITE. Bangsa Kassite termasuk bangsa Kaukasian, sedangkan Guti hanya tercatat sebagai suku barbar nomaden. Pada masa Guti berkuasa, ada satu kota di Sumeria yg survive yaitu Lagash. Dibawah GUDEA (2125 – 2110 SM), Lagash berkembang pesat dengan memadukan karakteristik Sumeria dan Akkadia. Gudea menempatkan diri sebagai pemimpin saleh, wakil para dewa (Sumeria), tapi membuat banyak patung pengultusan diri (Akkadia). Karya seni bangsa Guti kurang signifikan karena pola kehidupannya mengadopsi kebudayaan Sumeria . Beda dgn Kassite yg menyumbangkan karya seni indah: Painted Pottery. Bangsa GUti akhirnya disingkirkan oleh penguasa dari kota Uruk (Utukhegal), tapi kekuasaan Sumero-Akkadia jatuh ke kota Ur dibawah Urnammu (2060 – 2043 SM).

• Dynasty 3 Ur ( Ur Renaissance)
Dinasti Ur 3 (2060 – 1950 SM) yg merupakan periode terkahir Sumeria independent, membangun kembali kejayaan Sargonid Empire, terutama dibawah pemerintahan Shulgi (2042-1995 SM) dgn wilayah kekuasaan mencapai Elam, Assyria & Meso Barat Laut. Ziggurat kembali dibangun dan bermacam seni Metalurgy dihasilkan. Pada masa ini Abraham, meninggalkan daerah Ur yang permai ke negeri Antah Berantah. Akhirnya sejarah panjang bangsa Sumeria yang grandiose mesti berakhir, ketika kekuasaan Ibbisin (1976 – 1952) diserang oleh 2 kekuatan besar yg datang dari arah berlawanan: bangsa Elam dari Timur dan Amorite dari Barat. Selama 200 tahun kemudian, Meso kembali ke bentuk semula yaitu tidak adanya kekuasaan dominant yang menyatukan seluruh wilayah dan makin banyak bangsa luar yang masuk, tapi kebudayaan Sumer tetap bertahan. Bangsa Amorite berjaya di bagian Utara, hampir semua kota penting Fertile Crescent dibawah kekuasaannya: Damascus, Allepo, Mari, Assur, Babylon, sementara bangsa Elam menguasai bagian Selatan. Tak lama kemudian dua penguasa setempat muncul sebagai kekuatan baru, yaitu Ishbiera (1953 – 1921 SM) dari kota Isin yang berhasil mengusir kekuasaan Elam dan mendirikan dinasti Isin dgn 13 raja yg bertahta (1920 – 1730 SM). Kedua Samium (1912-1878 SM) dari kota Larsa yg mendirikan dinasti Larsa dengan 10 raja yang berkuasa (1868 – 1699 SM) Persaingan diantara dua kekuatan tersebut disebut periode Dinasti Isin – Larsa (1960 – 1700 SM). Pada masa akhir dominasi dua dinasti tersebut, bangsa Assyria mulai muncul di peta politik Meso (1940 – 1766 SM) dibawah komando: Ilushuma. Kehadirannya menjadi peringatan bagi penguasa lain akan kekuatan baru yang mulai muncul. Tapi kekuatan lebih besar muncul di kota Babylon dari bangsa Amorite dan bangsa Assyria masih belum dominan

• Kerajaan Babylonia (Babylonia Lama) (1850 SM)
Kerajaan ini didirikan oleh Sumuabum (1830 – 1817) dengan beberapa raja yang bertahta: Sumulael, Sabium, Apilsin, Sinnuballit dan Hammurabi. Baru pada masa pemerintahan Hammurabi (1792 – 1250 SM), Old Babylon dynasty mencapai puncak kejayaannya, terutama setelah Rimsin (1758 – 1699) penguasa Larsa terakhir menaklukan Damiqilishu (1766 – 1764 SM) dari Isin yg membuka jalan bagi Hamurabi muncul sebagai kekuatan utama. Kota Elam, Isin dan akhirnya Larsa jatuh dibawah kekuasaan Hamurabi. Bahkan kota Mari yg sebelumnya menjadi sekutu utama Hamurabi juga dikuasai. Tahun 1697 SM Hamurabi menaklukan kekuasaan raja Mari: Zimrilim dan tahun 1695 istana Mari dihancurkan. Merupakan salah satu istana termegah di Meso, karena kerajaan menggantikan kuil sebagai pusat pemerintahan. Tercatat sebagai istana megah dengan ratusan kamar dan halaman istana yang terbuat dari batu pualam. Hal ini membuktikan betapa dinamisnya perkembangan seni di Meso yg selalu berubah olek konflik internal dan invasi dari luar. Hamurabi dikenal sebagai raja yang menciptakan Undang-undang pertama didunia. Sepeninggal Hamurabi, Shamshuiluna, putranya (1685 – 1648) tidak dapat menahan tekanan dari bangsa-bangsa penjelajah disekitarnya. Bangsa Hurrian (Kaukasian) dan kerajaan Mitani (Arya) yang dibawah kekuasaan Hurrian bergerak dari Utara. Kassite (Kaukasian) dari pegunungan Zagros dari Timur dan “Kerajaan Sea Land” dari Selatan dekat Teluk Persia yang merupakan “master” bangsa Kassite. Tetapi kekalahan total Old Babylon terjadi ketika kekuatan yang terletak jauh di Utara (Anatolia) yg sedang berkembang pesat masuk. Mursilis raja keempat dari kerajaan Het di Anatolia membumi-hanguskan kota Babylon dan membawa pulang seluruh isi kota Babylon. Untuk sesaat lamanya terjadi vakum kekuasaan yang dimanfaatkan oleh bangsa Kassite dengan mengkonsolidasikan seluruh kekuatan perangnya dan mendirikan dinasti baru di Meso. Meski dinasti Old Babylon jatuh, kota Babylonia tetap menjadi culture center selama ratusan tahun kemudian hingga tiba saatnya Nebukadnesar II berkuasa dan Babylonia bersemi kembali.

• Kassite Dynasty (1600an SM)
Dinasti ini berkuasa selama 450 tahun di Meso. Tidak banyak inovasi seni karena masa pemerintahannya lebih terfokus pada konsolidasi militer. Tetapi patut dicatat bahwa seni yg berkembang semasa Kassite adalah awal dari Seni Lintas Benua yg memadukan kebudayaan setempat dgn kebudayaan pendatang. Tercatat 4 raja utama yg berhasil membawa kebesaran dynasti Kassite: 1). Agum II (c. 1595 SM) yg berhasil merebut kendali kekuasaan di Meso setelah hancurnya Old Babylon 2). Ulamburiash (c. 1450 SM) yang berhasil menghancurkan kerajaan Sea Land yang pernah menjadi “master” 3). Kurigalzu I (1417-1379 SM) yang berhasil menganeksasi kota Susa milik bangsa Elam dan selanjutnya menjalin aliansi dengan penguasa di Mesir (Amenophis III) 4). Burnaburiash II (1359 – 1333 SM) yang menjalankan Diplomatic Marriage dengan royal family di Mesir dan Assyria. Pada masa Kassite berkuasa, seorang penguasa lokal berhasil muncul meski hanya sekejap. Nebukadnezar I (c. 1125 – 1104) muncul dalam 2nd Isin Dynasty (1150 – 1025 SM) yang berhasil masuk ke wilyah bangsa Elam dan menahan laju mesin perang bangsa Assyria yang akan dibicarakan kemudian dalam Seni Lintas Benua. Baru disaat Tiglathpilleser I berkuasa di Assyria, kerajaan Kassite tidak dapat menahan laju mesin perangnya dan akhirnya ditaklukan.


• Kerajaan Assyria (Assur)
Bangsa Assyria memenangkan peperangan atas bangsa-bangsa tersebut di atas dan menguasai daerah Mesopotamia. Bangsa Assyria juga ingin menguasai laut untuk melindungi perdagangan. Upaya tersebut baru berhasil sekitar tahun 750 SM. Raja-raja yang pernah berkuasa di Kerajaan Assyria, dan antaranya Raja Sargon I I, Raja Sennacherib, dan Raja Assurbanipal.
Lambat laun Kerajaan Assyria semakin lemah. Hal ini diketahui oleh bangsa Chaldea yang berkembang di daerah Mesopotamia Selatan (bekas kekuasaan Kerajaan Babylonia Lama). Bangsa ini menyerang Kerajaan Assyria. Pada tahun 612 SM, Ibu Kota Niniveh berhasil dikuasai sehingga mengakibatkan runtuhnya Kerajaan Assyria.
• Kerajaan Babylonia (Baru) atau Chaldea
Setelah berhasil merebut bangsa Assyria pada tahun 612 SM, bangsa Chaldea di bawah pimpinan Raja Nabopalassar membangun kembali Kerajaan Babylonia (atau disebut juga dengan Babylonia Baru). Raja-raja yang pernah berkuasa di Kerajaan Babylonia Baru di antaranya Raja Nabopalassar, Raja Nebokadnezar, Raja Nebonidas, dan Raja Belshazzar. Kerajaan Babylonia Baru runtuh akibat serangan dari bangsa Persia pada tahun 539 SM.
• Kerajaan Persia
Di bawah pimpinan Cyrus berdirilah Kerajaan Persia, berhasil memperluas wilayah kekuasaannya dengan menaklukkan Babylonia Baru dan daerah Asia Kecil. Raja Cyrus menguasai sebagian dari daerah India bagian barat. Namun dalam pertempuran melawan bangsa Tura, Raja Cyrus terbunuh. Ia kemudian digantikan oleh anaknya yang bernama Cambysses.
Raja Cambysses berhasii mengembalikan ketentraman dalam negeri Persia. Bahkan pada tahun 525 SM Cambysses berhasil menaklukkan negeri Mesir. Setelah Raja Cambysses meninggal ia digantikan oleh Raja Darius. Di bawah pemerintahannya, Kerajaan Persia mencapai masa kejayaannya. Pada masa itu dibangun istana yang megah dan indah di Kota Suza. Istana di Persepolis terkenal karena mempunyai tangga raksasa untuk memasuki istana tersebut. Kerajaan Persia hancur ketika mendapat serangan dari Iskandar Zulkarnaen.




2.3 Studi kasus : “Kekuasaan dan pemerintahan Hammurabi di Babylonia”
Hammurabbi adalah raja Babylonia yang memerintah sejak 1792-1750 SM. Permulaan lahirnya Babylonia dianggap dimulai sejak pemerintahan Hammurabi. Ia terlahir dengan nama Hammurabi Yahola pada sekitar tahun 1792 SM. Hammurabi ditakdirkan meneruskan tahta kerajaan Babylonia. Menjadi raja keenam dari dinasti Babylonia pertama. Dalam Bible (Kejadian 14:1) Hammurabi adalah "Amraphel" raja dari Sinoar.
Kota Babylonia dibangun oleh bangsa Amori di bawah pimpinan Sumuabum. Letak Kota Babylonia dekat dengan Kota Kish. Bangsa Amori tampil sebagai penguasa baru di Mesopotamia. Pada masa pemerintahan Hammurabi, kekuasaan Babylonia terbentang dari Teluk Persia sampai seberang wilayah Turki sekarang dan dari Pegunungan Zagros di timur sampai Sungai Khabur di Siria. Sejak awal pemerintahannya, Raja Hammurabi telah memperkenalkan sistem hukuman dalam kehidupan masyarakat yang peraturannya didasarkan atas nilai-nilai tradisional. Dengan peraturan hukum seperti itu, masyarakat akan dapat hidup dengan hidup yang tertib dan menjadikan Raja Hammurabi sebagai raja yang besar, bijaksana, dan termasyhur namanya.
Hammurabi mempersatukan kota-kota Mesopotamia seperti yang telah dilakukan Sargon sebelum dia. Ia mendirikan sebuah sistem pos kerajaan, jaringan jalan yang baru, dan garis komando yang efektif bagi para pejabat pemerintahannya.
Wilayah kekuasaan Hammurabi







Pada masa kepemimpinannya, Hammurabi banyak melakukan langkah yang luar biasa. Hammurabi memimpin pasukannya untuk menyerang Akkad, Elam, Larsa, Mari dan Sumer, yang menjadikan Kekaisaran Babylonia yang utuh, sama seperti apa yang dilakukan Menes lebih dari seribu tahun sebelumnya. Kemampuan memimpin Hammurabi tidak perlu diragukan lagi, kemampuan berorganisasi Hammurabi juga terungkap lewat surat yang ia kirim untuk para bawahannya, bisa dibilang Hammurabi adalah seorang administrator yang handal yang mampu mengatur segala aspek dalam pemerintahannya. Kesuksesannya dalam membangun Babylonia menjadikan Hammurabi sebagai pemimpin berpengaruh di Asia Barat pada jamannya. Bahkan ia mengendalikan jalur perdagangan barat. Dan Hammurabi banyak menaklukan kerajaan lain











Selain itu, Hammurabi menyusun undang-undang Mesopotamia dalam bentuk tertulis yang disederhanakan. Undang-undang ini diukir pada sebuah tiang batu raksasa yang ditemukan di Susa. Para sarjana modern telah menyatakan Kitab Undang-Undang Hammurabi ini sebagai "sebuah monumen kebijaksanaan dan keadilan
Hukum Hammurabi berupa prasasti batu yang tingginya delapan kaki atau sekitar 2,5 meter dan ditempatkan di tengah-tengah ibu kota Kerajaan Babylonia. Prasasti itu ditemukan kembali oleh pada ahli Prancis di Kota Susa (Persia) pada abad ke-20. Hukum itu dikenal dengan Hukum atau Undang-Undang Hammurabi (CodexHammurabi) dan merupakan hukum atau undang-undang tertulis pertama di dunia (walaupun UU tersebut kelanjutan dari system resmi yang telah ada sebelumnya.). Dalam kitab hukum atau undang-undang itu ditulis tentang peraturan-peraturan yang menyangkut bidang pertanian, perdagangan, agama, pemerintahan, dan kemasyarakatan. Hukum itu terdiri dari 300 pokok undang-undang dari 35 kode lain yang terpecah dan lepas. Identifikasi dari kode itu sendiri tentang kriminal tertentu beserta ganjarannya. Kode tersebut juga merupakan aturan resmi yang menjelaskan struktur pemerintahan. Karena Hammurabi juga seorang pemuka agama, kode tersebut juga mangandung perintah beragama kepada rakyat Babylonia. Pada setiap bagian dengan jelas tercantum jenis-jenis pelanggaran dan hukumannya. Dalam menjalankan undang-undang itu, Raja Hammurabi bertindak dengan keras dan tegas, sehingga terwujud ketertiban dan keamanan.
Raja Hammurabi adalah orang hebat (ada juga yang mengatakan ‘gila’) yang menciptakan “Code of Hammurabi” atau Hukum Hammurabi, salah satu dari beberapa hukum tertulis yang dibuat beberapa ribu tahun yang lalu. Sebelum ada hukum tertulis, titah raja berlaku sebagai hukum, sehingga tidak ada standar yang sama dan mengikat untuk seluruh rakyat. Code of Hammurabi ini menjadi dasar bagi berbagai aturan hukum yang berlaku di dunia modern saat ini.
Ada kisah yang menceritakan asal mula pembentukan Undang-Undang Hammurabi tersebut adalah, Pada suatu ketika, Hammurabi merasa kesal karena banyak gubernur di wilayah kekuasaannya yang tidak mau mengirimkan tentara untuk berperang. Maka ia memerintahkan semua gubernur untuk datang menghadap. Berdatanganlah para pemimpin wilayah itu, dari berbagai suku di Afrika dan Asia Barat. Mereka datang dengan pakaian kebesaran masing-masing. Ada yang datang dengan jubah sutera dan perhiasan emas-perak, ada yang menutup tubuhnya dengan bulu binatang, ada yang hanya bercawat dan melumuri tubuh serta wajahnya dengan cat warna warni, ada yang berambut panjang terjurai-jurai, ada yang mencukur plontos kepalanya. Pokoknya semua tampil dengan ‘dandanan terbaik’ mereka, menurut versi suku dan budaya masing-masing.
Hammurabi kaget melihat rakyatnya yang aneka corak itu. Kerajaan apa ini, yang rakyatnya gado-gado seperti ini, pikirnya. Ini bukan kerajaan yang tertib dan rapi, tapi panggung sirkus, geramnya dengan kesal. Jika dandanan mereka saja centang prenang, amburadul, pasti perilaku mereka pun semau-mau sendiri. Hammurabi urung memberi ceramah tentang pentingnya mengirimkan tentara bagi kerajaan, dan menyuruh semua gubernur dan utusan wilayah itu untuk pulang.
Hammurabi kemudian memilih orang-orang kasim yang paling pintar (pada masa itu, orang kasim memiliki kedudukan yang terhormat dan terpercaya di kerajaan), dan menyuruh mereka membuat suatu hukum yang akan mengatur perilaku seluruh orang di wilayah kekuasaan kerajaannya. Maka terciptalah Code of Hammurabi yang terdiri atas 282 hukum. Hukum Hammurabi ini bersifat spesifik, dan selalu disertai dengan sanksi yang berat. Jika dilihat dari perspektif modern masa kini, sanksi yang diberikan oleh Hukum Hammurabi sangat mengerikan, sering kali berupa potong tangan atau hukuman mati. Harus kita pahami, bahwa hukum ini diciptakan hampir empat ribu tahun yang lalu, dimana kehidupan masyarakat pada saat itu masih sangat bar-bar. Maka agar orang takut, ancaman hukuman pun harus memiliki tingkat kekejaman yang tinggi ini pula merupakan penerapan konsep politik dan kekuasaan yang anarkhisme/Totalitarianisme yakni untuk mempertahankan kekuasaan yang raja.
Filosofi yang dianut pada penyusunan Code of Hammurabi adalah “Eye for Eye, Tooth for Tooth”, filosofi ‘law of retalitation’ atau filosofi balas dendam. Beberapa contoh hukum Hammurabi antara lain : seorang biarawati akan dibakar hidup-hidup jika kedapatan memasuki penginapan tanpa ijin, seorang dokter bedah yang pasiennya meninggal saat dalam penanganannya akan kehilangan sebelah tangannya, orang yang mencuri akan dipotong tangannya, orang yang berbohong akan dipotong lidahnya, dan lain-lain.
Salah satu contoh kasus yang berdasarkan pada hukum Hammurabi adalah sebagai berikut misalnya : “ Ada tukang batu yang membuat rumah, dan rumah itu ambruk sehingga menewaskan penghuni yang ada di dalamnya, maka tukang batu tersebut harus dihukum mati”. Hukum yang ‘mengerikan’ tersebut sesungguhnya memiliki filosofi tentang jaminan mutu dan profesionalisme, dimana setiap orang harus memiliki profesionalitas dalam bekerja, dan bertanggungjawab atas hasil pekerjaannya.







Hammurabi adalah seorang raja yang sangat tegas dan disiplin. Ia ingin segala sesuatu berjalan dengan tertib dan teratur, dan semua orang menaati peraturan. Selain peraturan tentang moral, Ada juga hukum yang ‘a-moral’, yaitu : seorang peminjam dapat menghapus hutangnya setelah tiga tahun bila ia menyerahkan isteri atau anaknya kepada sang pemberi hutang (bersyukurlah semua wanita yang hidup pada zaman sekarang, yang bisa menolak jika akan dipakai untuk membayar hutang). Pada masa itu, perempuan berada pada posisi yang sangat direndahkan, tidak memiliki hak apa pun atas dirinya. Ia dianggap seperti barang yang dimiliki oleh ayah atau suaminya, yang boleh diperlakukan sesuka hati oleh laki-laki yang menguasainya.
Tetapi ada juga hukum yang melindungi perempuan, yaitu : seorang janda berhak mendapatkan warisan sejumlah yang diterima anak lelakinya. Mengingat bahwa pada saat itu perempuan sama sekali tidak memiliki hak (termasuk tidak memiliki hak atas harta benda), dan janda yang ditinggal mati suaminya berada pada posisi paling lemah (karena ia menjadi ‘barang tak bertuan’ yang boleh ‘diambil’ oleh siapa pun), maka hukum ini merupakan pembelaan dan perlindungan yang sangat besar maknanya bagi perempuan.









Gambar di atas menunjukkan Hammurabi yang menerima Code of Hammurabi dan penghormatan dari dewa Babylonia, yaitu Dewa Marduk atau Shamash sehingga dalam hal ini penglegalisasian (legitimasi) dewa atas diri sang raja pun menjadi salah satu konsep politik yang diterapkan oleh Hammurabi untuk melanggengkan dan emmpertahankan kekuasaanya.. Relief tersebut terdapat pada bagian atas prasasti Hammurabi yang sekarang disimpan di Musee du Louvre, Paris. Prasasti ini terbuat dari batu, tingginya sekitar 2 meter dengan lebar 70 cm. Di bawah relief tersebut dipahatkan hukum Hammurabi yang terdiri atas 282 pasal dalam bahasa Akkadian. Prasasti ini ditemukan pada tahun 1901 oleh seorang egyptologist (ahli tentang Mesir) bernama Gustave Jequier di Khuzestan, Iran.
Pada saat hukum Hammurabi selesai disusun oleh orang-orang kasim, hukum tersebut kemudian dipahat pada lempengan-lempengan batu dan dipasang di tempat umum, sehingga seluruh rakyat bisa membacanya. Prasati itu diperbanyak dan disebarkan ke seluruh wilayah kekuasaan Hammurabi yang sangat luas. Hammurabi sangat puas berhasil menciptakan hukum bagi seluruh umatnya. Dia, yang menganggap diri adalah dewa, berkeyakinan bahwa setelah hukum itu diundangkan, rakyat di seluruh wilayah kekuasaannya akan hidup tertib, rapi, semua terkontrol, dan semua memiliki standar perilaku yang sama.
Tapi apa yang diharapkannya tidak begitu berjalan mulus, Oleh karena pasal-pasal dalam hukum Hammurabi dibuat sangat spesifik, dan kebanyakan mengacu pada keadaan yang ditemui di Mesopotamia serta ditulis dalam bahasa Babylonia, maka kekacauan terjadi di wilayah-wilayah yang memiliki budaya dan bahasa berbeda.
Misalnya ada suatu cerita, Suatu ketika tiga orang utusan membawa batu prasasti bertuliskan hukum Hammurabi ke daerah Hinterland. Mereka melintasi gurun yang sangat luas dan panas tak terkira selama berhari-hari. Ketika akhirnya tiba di sebuah oase, mereka yang sudah sangat kehausan itu ingin minum. Namun, mereka kebingungan ketika membaca aturan nomor 214 yang berbunyi : “Barang siapa yang ingin minum pada saat ia sedang bepergian harus segera mengikat keledainya pada sebatang pohon dengan aman”.
Peraturan ini sesungguhnya dimaksudkan untuk melindungi keledai dari perlakuan pemiliknya yang sewenang-wenang, karena binatang ini memiliki nilai yang tinggi di tanah milik Hammurabi. Celakanya, para pembawa prasasti ini berasal dari Hinterlands, dan pada aturan itu keledai disebut dengan istilah “ass”, sementara dalam bahasa Hinterlands, “ass” berarti pantat. Lagipula, orang-orang tersebut tidak membawa keledai, melainkan onta. Maka, mereka mengikatkan pantat mereka ke pohon, dan meregangkan tubuh mereka untuk mencapai tepian danau di oase tersebut agar bisa minum. Namun karena jarak pohon tersebut terlalu jauh, maka mereka tak pernah berhasil mencapai tepian danau, dan akhirnya tewas. Adapun onta-onta yang mereka tunggangi, setelah minum sepuas-puasnya, lalu melenggang pergi meninggalkan ketiga tuannya. Karena tidak tahu tujuannya, onta-onta itu tersesat dan tidak pernah sampai ke Hinterlands. Maka hukum Hammurabi tidak pernah diterapkan di wilayah itu.
Kisah sedih yang lain terjadi di Etiopia. Di sini, terdapat kebiasaan yang mengharuskan seorang pembuat roti menyisakan satu loyang roti setiap kali mereka memanggang, sebagai derma bagi kaum miskin. Roti ini ditaruh di sebuah jendela, dan para fakir miskin akan mengambilnya karena tahu roti itu memang disediakan untuk mereka. Tradisi yang terpuji ini sudah berlaku dari generasi ke generasi, dan menjadi pranata sosial yang membuat orang miskin hidup tenteram. Tapi hukum Hammurabi mengubah semua itu.
Hukum no 764 berbunyi : “Barang siapa mengambil barang apa pun yang tidak ia beli, dinyatakan bersalah atas tuduhan pencurian dan akan kehilangan tangannya.” Empat puluh orang papa kehilangan lengan mereka satu hari setelah prasasti hukum Hammurabi tiba di tempat itu. Masih banyak kisah tragis pada penerapan hukum Hammurabi, akibat salah persepsi dan pengingkaran perbedaan budaya di berbagai wilayah. Namun demikian, Code of Hammurabi merupakan cikal bakal dari hukum tertulis yang kemudian diterapkan di dunia modern.
Relief Hammurabi dapat ditemukan di berbagai gedung pemerintahan di Amerika Serikat. Hammurabi adalah satu dari 23 pembuat hukum yang reliefnya terdapat di U.S. House of Representatives di United States Capitol. Relief Hammurabi yang menerima Code of hammurabi dari Dewa Shamash juga terdapat pada dinding selatan U.S. Supreme Court Building.
Kitab Undang-undang Hammurabi menyusun banyak hukum dan kebiasaan yang telah digunakan selama banyak generasi. Ini ditunjukkan oleh publikasi yang berikut dari Kitab Undang-undang Lipit-Ishtar, yang berisi hukum-hukum yang sama dengan kitab Undang-undang Hammurabi dan yang ditulis dua abad lebih dulu. Bukti mengenai hukum-hukum lain yang lebih tua telah ditemukan dalam penggalian Tell Hermel (1945 dan seterusnya) di daerah Baghdad masa kini. Sejumlah lempeng-lempeng tanah liat telah ditemukan yang mencakup banyak hukum dari mana Bila lama (abad ke 19 sebelum Masehi kronologi minimal). Salah satu dari hukum-hukum ini sama dengan hukum dalam Keluaran 21:35.
Tetapi, sepeninggal Hammurabi wilayah Babylonia terpecah-balah dan akhirnya Babylonia (Lama) runtuh karena serangan dari bangsa Hitti (Hittit). Selanjutnya Mesopotamia diduduki dan diperintah oleh bangsa Kassi (Kassit). Walaupun Hammurabi berhasil memenangkan banyak peperangan semasa periode akhir pemerintahannya, dia tetap bukan seorang state builder yang hebat. Dia tidak mendirikan fungsional birokrasi dan memilih untuk mengikuti pendekatan total dalam pemerintahannya. Hammurabi sangat aktif dalam membangun dan memperbaiki tempat ibadah, dinding kota dan gedung publik, membangun kanal untuk irigasi dan juga berperang. Hal utama yang menjadi perhatian Hammurabi semasa pemerintahannya adalah untuk menjamin penguasaan penuh bangsa Babylonia atas sungai Euphrates, sumber kehidupan negaranya.
Selama 25 tahun pemerintahannya, bangsa Babylonia merupakan korban dari desakan dan gangguan dari kota dan Negara tetangganya. Saingan utamanya adalah Larsa, Mari, Ashur dan Eshnunna, Negara yang pada saat suatu saat nanti akan menjadi temannya. Mungkin Hammurrabi adalah penguasa yang paling terkenal di masa awal munculnya peradaban Mesopotamia, tetapi salah jika menganggap dia adalah yang paling berperan dan yang paling penting. Namun kita tidak bisa memungkiri bahwa pada saat itu Babylonia berkembang menjadi sebuah kekuatan yang sangat berpengaruh di Asia Timur kuno melalui cara kampanye militernya. Pada bagian dalam pameran ini juga memperlihatkan informasi sejarah pasca Babylonia atau para penguasa Chaldean.

3 komentar: